“GODO TJAHJONO, SUKSES
MENJADI SEORANG MARKETING PUBLIC RELATIONS.”
Sukses di pemasaran selalu diukur dengan seberapa cepat
seseorang bisa meraih jabatan tertentu, serta banyaknya finansial dan fasilitas
yang didapatnya. Adanya kenaikan jabatan berarti ia telah berhasil
menyelesaikan sebuah proyek pemasaran produk, yang selain menantang juga
bernilai tinggi. Sedangkan kenaikan jabatan tidak mudah diraih begitu saja,
selain membutuhkan bekal pengetahuan dan skill yang cukup, juga membutuhkan waktu
dan tenaga extra, juga perlu mengetahui strategi-strateginya.
Godo Tjahjono, pemenang marketing award 2 kali
berturut-turut dan sekarang ini kariernya sedang naik daun sebagain konsultan
marketing maupun pembicara seminar. Keahliannya
dibidang marketing tentunya tidak dia dapat dengan instan. Banyak proses yang
ia lewati, bahkan sampai menuntut ilmu ke luar negeri pun dia jalani. Menjadi
seorang Public Relations tentunya harus menguasai segala bidang, apalagi
marketing yang saat ini menjadi bagian dari Public relations. Di masa mudanya,
Godo Tjahjono juga aktif di organisasi profesi Perhumas Muda, dan sekarang ia
menjadi BPP Perhumas Jakarta.
Di temui dalam suatu kesempatan sharing bersama Perhumas
Muda Yogyakarta, ia memberikan ilmu mengenai Corporate Branding, terutama untuk
organisasi, “Sebagai Public Relations kita tidak cukup hanya dengan menjalin
relasi, kemampuan lain juga diperlukan. Seperti menguasai konten-konten kreatif
dan inovatif yang nantinya akan menjadi konten itu sebagai branding dari
perusahaannya.” (28/04/2016)
(Foto Godo Tjahjono dengan teman-teman
dari Perhumas Muda Yogyakarta di Alembana Resto)
Ia juga mengatakan, “Selain itu sempatkanlah untuk
menerima peluang jika ditunjuk untuk memimpin sebuah organisasi, terutama
organisasi bisnis, sebab dari organisasi ini kehadiran dan tangan dingin anda
akan diperhitungkan. Apalagi jika organisasi yang anda pimpin menjadi besar dan
terbaik. Di dalam organisasi inilah anda memiliki kesempatan untuk explore
kemampuan anda.”
Dalam
kesempatan ini Godo Tjahjono juga menyampaikan kepada teman-teman dari PMY
bahwa saat ini penjualan online sedang marak. Yang harus kita kuasai adalah
content karena online membutuhkan content, dan tentunya content itu harus
menarik. Ia juga berpesan kepada kami, “Jadilah mahasiswa Branding, yaitu
mahasiswa yang dibutuhkan setiap saat. Dan jika ketidakhadiran mu
dipertanyakan, maka kamu sudah memiliki daya tarik dan branding di lingkungan
organisasi bahkan dalam perkuliahan.”
Sebagai pengamat marketing, ia pernah menanggapi kasus PT
Sariwangi yang pada saat itu tidak bisa masuk pasar lokal karena dipasung oleh
Unilever. Dan saat kontrak sariwangi abis (2002), perusahaan ini pun mulai
menembus pasar lokal tanpa izin dari Unilever, karena antara 2 perusahaan ini
sudah tidak lagi terikat.
Di mata konsultan
pemasaran Godo Tjahjono, langkah awal strategi pemasaran tersebut kurang
sistematis. Ini disimpulkan dari survei konsumen yang dilakukan Godo, yang saat ini
menjadi konsultan pemasaran PT SW. Dari survei itu ditemukan, konsumen ternyata
bingung, mengapa ada merek sama -- Sedap Wangi -- tapi harga dan kualitasnya
berbeda.
Untuk mengetahui selera pasar, Godo menyurvei 100
responden di Jabotabek. Kalau ditanya rasa teh celup itu seperti apa, jawaban
responden selalu teh celup Sari Wangi. Namun, ketika dilakukanblind testrasa
(tanpa merek), ternyata teh Sedap Wangi lebih banyak dipilih responden karena
menurut mereka rasanya lebih enak. ?Cukup mengejutkan,? ujar Godo.
Godo melihat, para penikmat teh celup di negeri ini
bukanlah orang yang punya ekspektasi terhadap product enjoyment, sehingga mereka lebih terpaku pada merek
tertentu yang sudah terkenal seperti Sari Wangi. Namun, ia yakin penikmat teh
sejati (rasa teh yang tidak terlalu light) juga ada, yang besarnya tak lebih dari 30%. Dari
temuan ini, teh celup Sedap Wangi memang diposisikan bukan untuk menantang teh
celup Sari Wangi, tapi lebih menyasar orang yang mementingkan product enjoyment.
Itu lah sekilas bagaimana seorang Godo Tjahjono
berpendapat tentang salah satu perusahaan tea
bag di Indonesia yang saat itu mengalami Cheos. Ia memberikan pesan kepada teman-teman PMY yang ia sebut
dengan “Rumus 7P” yaitu:
1. Selalu berpikir positif. Seorang PR yang baik akan selalu berpikir positif
dan mempunyai sosok orang yang dijadikan referensi baginya.
2. Pengetahuan.
3. Proses. Mementingkan hasil dan proses karena proses itu lebih dihargai.
Jangan memilih jalan instan.
4. Pelayanan. Sebagai seorang PR yang nantinya selalu berhubungan dengan client , harus punya mental melayani
dengan baik.
5. Pantang menyerah.
--
Nuryani Meilan Ambarwati
Tugas Creative Thinking Semester 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar